Hangatnya Kebaikan

Daftar Isi
Hujan deras mengguyur kota sejak pagi buta. Abdul, seorang tukang ojek, hanya bisa meringkuk di pangkalan dengan wajah murung. Sudah berjam-jam dia menanti penumpang, namun tak seorang pun yang mau menerobos hujan lebat.

Pandangannya tiba-tiba tertuju pada Ipul, seorang pengemis tua yang kedinginan di pinggir jalan. Hati nuraninya tergerak untuk membagi secuil kehangatan.
"Pak Ipul, ayo pindah ke pangkalan saja. Disini nggak terlindung dari hujan," Abdul memapah Ipul untuk berteduh di pangkalannya.

Abdul melirik dompetnya yang kian menipis. Uang untuk sarapan pun sudah tak tersisa. Sementara perutnya sudah keroncongan minta diisi. Haruskah dia mengabaikan rasa lapar demi membelikan Ipul makanan hangat?
Tiba-tiba perutnya berbunyi nyaring, membuat Ipul terkejut. "Maafkan saya, Nak. Sepertinya perutmu sudah terlalu lapar ya?"

Di warungnya yang hangat, Dodo sang pemilik warung tengah sibuk meracik Minuman Rempah produk Rumah Herbal Klaten  yang menggugah selera. Aroma rempah-rempahan menebar wangi semerbak di udara dingin.
Tak berapa lama, pintu warungnya terbuka. Masuklah Abdul dengan memapah Ipul yang menggigil kedinginan.
"Mang Dodo, tolong kasih kami satu porsi nasi dengan sayur hangat dan segelas Wedang Uwuh nya ya," pinta Abdul.
"Lho, masa cuma pesan itu? " balas Dodo yang masih berkutat dengan racikannya.
"Wah kalau lebih, saya tidak punya cukup uang, Mang..."

Tanpa banyak kata, Dodo mengambil dua porsi nasi sayur dan dua gelas Wedang Uwuh yang masih mengepul. Ia lalu meletakkannya di meja Abdul dan Ipul.
"Untuk teman saya yang baik, semuanya gratis saja hari ini. Anggap ini sebagai berkat Tuhan atas kebaikan kalian yang mau berbagi kehangatan di tengah hujan lebat," Dodo tersenyum lebar.
Abdul dan Ipul saling pandang terharu. Direguknya Wedang Uwuh hangat itu hingga ke tengggorokan. Kehangatan pun menjalari tubuh mereka, diikuti luapan kebahagiaan melihat masih ada sesama yang mau berbagi kebaikan.

Posting Komentar