Kurban
Pagi menjelang, kumandang adzan memanggil insan untuk menghadap hadirat Tuhan mengingatkan agar dalam memulai kehidupan selalu bergantung sepenuh pada kuasaNya. Hari ini dimulai dengan ingatan pengalaman spiritual hari sebelumnya. Dua perayaan yang menurutku memiliki persamaan makna. Hari kemarin dimulai dengan kumandang takbir yang diserukan sejak malam sebelumnya. Takbir yang memuji kebesaran Illahi, memuji besarnya berkat dan nikmat yang telah disediakanNya. Seruan dalam takbir ini juga mengajak agar berkat juga dibagikan kepada sesama dalam ibadah korban.
Menurut hikayat, tradisi ibadah berkorban ini berawal dari teladan Bapa orang beriman Abraham. Walau ada perbedaan siapa yang akan dikorbankan saat itu entah Ishak atau Ismail, namun yang utama dalam berkorban adalah memberikan yang paling bernilai, paling berharga dari yang dimilikinya bagi orang lain dan Tuhan. Bagi Abraham, anak merupakan yang paling bernilai dan berharga karena ia sudah menunggu puluhan tahun untuk mendapatkan seorang anak. Cerita tentang perjuangan untuk berkorban bertebaran menghiasi berita di koran dan televisi hari ini. Dari anak sekolah, pemulung dan kaum papa dan terlupa selalu ada cerita ketekunan dan perjuangan mengumpulkan rupiah-demi rupiah dan membelikannya hewan korban. Hewan korban, pada akhirnya disembelih dan dibagikan kepada setiap orang yang membutuhkan, terutama mereka yang miskin, terpinggirkan dan terlupakan.
Di sisi lain, segenap gereja merayakan Hari Perjamuan Kudus sedunia. Selain menghayati kembali pengorbanan Kristus atas penebusan dosa yang disimbolkan dalam roti dan anggur, perjamuan kudus juga bermakna sebagai “berbagi roti” atau berbagi berkat. Setiap jemaat membawa persembahan yang diletakkan di meja persembahan dan sebagian dari persembahan itu dibagikan kepada jemaat-jemaat dalam wujud roti dan anggur. Persembahan kepada Tuhan pada dasarnya juga memberikan yang terbaik dari yang dimiliki kepada Tuhan. Ibadah Korban dan Komuni mempunyai sisi-sisi yang sama dalam hal memberi yang terbaik untuk dibagikan kepada orang lain. Gema adzan subuh sudah berlalu, namun suara takbir itu masih tergiang berpadu dengan kidung di hati yang mengumandangkan “maka jiwakupun memujiMu, sungguh besar Kau Allahku!
Semoga semangat memberi yang terbaik dan membagikan kepada semua orang terbaik tidak berlalu dan berhenti di hari itu, namun terus menjadi jiwa dalam karya, kerja dan pelayanan kita. Selamat berkomuni dan berkorban. 061014-DAYS Inspiring
Posting Komentar