Hutang Budi Kepada Wanita

Daftar Isi






GKI PRBN
19-Des-08 16.02
Syalom,
Mengharap kehadiran rekan-rekan dalam Biston Penghiburan bagi keluarga MBAH HARJO nanti malam jam 7 di rumah Mbah Harjo ( belakang gereja). GBU


SMS itu tiba-tiba sampai di telepon genggamku. Saat itu aku baru saja mengumpulkan tugas paperku yang terakhir. Membutuhan waktu semalaman untuk mengerjakannya. Matakuliah Penulisan Kurikulum PK memang menguras tenaga dan pikiran selama semester ini. Dan akhirnya tugas terakhir sudah kukumpulkan 2 jam yang lalu. Paper setebal 64 halaman itu merupakan 12 bahan pengajaran untuk remaja selama 3 bulan. Lega rasanya ketika tugas ini sudah selesai…

Dengan tubuh yang lelah dan mengantuk, sebenarnya akan lebih nikmat jika malam ini begitu pulang ke rumah lansung mandi dan tidur. Aku memang tidak terlalu dekat dengan mbah Harjo. Selama 3 tahun beribadah di GKI PRBN, hanya sekali aku mengunjungi rumahnya. Itupun saat diminta oleh Komisi Dewasa menemani saat Christmas Carol 2 tahun yang lalu. Jadi sepertinya tidak ada masalah jika aku tidak datang dalam biston penghiburan itu.

Di dalam bis TransJogja saat pulang ke rumah, aku kembali meikirkan tugas akhirku itu. Ada rencana untuk menjilid dan menjadikan tugasku itu sebagai”masterpiece” karyaku untuk semester ini. Ingin rasanya aku menunjukkan kepada semua orang, bahwa pada akhirnya aku bisa menulis.
“ Akhirnya aku bisa menulis…..”, kalimat itu terus terngiang dalam pikiranku.
Sebuah buku setebal 64 halaman siap menghiasi rak bukuku yang sudah penuh dengan buku-buku teks. Rasanya bangga, akhirnya ada juga tulisan yang menghiasi rak buku itu.
Aku masih ingat dengan jelas sampul paper yang aku kumpulkan siang tadi. Tertulis disana “Bahan Pengajaran Remaja” . Tiba-tiba aku tersentak, suara Ibu dosenku tiba-tiba terlintas dalam benak. “Tulisan yang kalian buat harus bisa dipergunakan oleh orang awam untuk mendidik remaja.”
“Untuk mendidik….”, rasanya kalimat itu menghunjam keras dalam batin. Siapa yang menjadi pendidik selama ini? Di rumah, di gereja ? di sekolah ?

Aku jadi teringat ibuku…
Ibu guruku di TK…
Ibu guruku di sekolah minggu…

Mereka semua sudah mendidikku hingga menjadi seperti sekarang. Mereka sebagian besar adalah wanita.
Aku membayangkan, jika paper tugas akhirku diterbitkan, para wanitalah yang menjadi pelaksananya.
Sesampainya di Shelter bis terakhir, aku bergegas berjalan menuju gereja.
Aku harus datang ke rumah Mbah Harjo, sebagai bentuk penghormatanku atas pengabdiannya.
Kami telah kehilangan seorang pendidik hebat, meski ia tidak mengajar, namun telah memberikan mengajar kami semua akan kesetiaan kepada Tuhan.

Ketika aku sampai di sana, aku melihat sekumpulan ibu-ibu sudah berkumpul..
Seperti Mbah Harjo, mereka mengajariku kedisiplinan, kesetiaan kepada teman..

Semua orang memang berhutang budi kepada wanita…
Paling tidak ia terlahir dari rahim seorang wanita…

Posting Komentar